Program Eliminasi TBC di Kabupaten Bogor Terkendala Jumlah Laboratorium TCM

oleh | Mei 15, 2022 | Berita

jabar.jpnn.com, KABUPATEN BOGOR – Kabupaten Bogor menjadi salah satu wilayah penyumbang kasus tuberkulosis atau TBC terbanyak di Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2021 kemarin, ada sekitar 854.000 kasus TBC di Indonesia, di mana salah satu wilayah penyumbang terbesarnya yakni Kabupaten Bogor dengan 15.074 kasus.

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor memiliki program Eliminasi TBC sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan.

Namun, ternyata program tersebut tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai.

Ketua Yayasan Akses Sehat Indonesia Alwin Khafidhoh mengatakan, sampai saat ini Kabupaten Bogor masih kekurangan laboratorium TCM (tes cepat molekuler).

“Dari 101 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bogor, hanya ada sembilan puskesmas yang memiliki laboratorium TCM, ditambah dengan empat laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),” tuturnya, Kamis (14/4).

Dari 13 laboratorium tersebut, rata-rata tiap laboratorium hanya mampu memeriksa maksimal 14 sampel per hari. Sedangkan menurut data Kemenkes per 2021 terdapat 15.074 warga Kabupaten Bogor yang terpapar TBC, dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor sekitar 6 juta jiwa. “Jangan bilang eliminasi (TBC), laboratorium tesnya saja jauh dari kebutuhan,” tegasnya.

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan enam koordinator kader dan beberapa anggota sub sub recipient (SSR), dan melaporkan beberapa kendala di lapangan yang dialami oleh para kader TBC.

Kendala utama mereka adalah jumlah laboratorium TCM yang jauh dari kata ideal.

Idealnya setiap puskesmas memiliki laboratorium TCM sehingga pemeriksaan sampel dahak dari terduga pasien TBC bisa selesai di puskesmas setempat.

Kabupaten Bogor membutuhkan 96 laboratorium TCM lagi, agar pemeriksaan pasien lebih cepat dan dekat.

Staf Program SSR Irwan Irawan menyebut, ada laporan dari kader bahwa sampel dahak yang dibawa ke Puskesmas dibuang karena petugas laboratorium tidak ada di tempat sehingga sampelnya rusak.

“Padahal selama ini Yayasan Akses Sehat Indonesia telah mengupayakan dengan mendorong kader TBC untuk melakukan ‘jemput bola’ yaitu dengan mengambil langsung sampel dahak dari suspek pasien TBC,” ujarnya.

Namun, karena kapasitas laboratorium tidak mendukung sehingga petugas laboratorium kewalahan dalam melakukan tugasnya.

“Tentu hal tersebut tidak sejalan dengan harapan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang menginginkan sinergisitas dari berbagai sektor dalam melakukan program Eliminasi TBC,” ungkapnya.

Wakil Supervisor TBC Dinkes Kabupaten Bogor Aan Setiawan menyatakan dalam menangani endemi TBC di daerahnya tersebut membutuhkan peran dari komunitas non-pemerintah.

“Namun, ternyata itu tidak dibarengi dengan fasilitas yang mumpuni,” tegasnya.

Saat ini Yayasan Akses Sehat Indonesia yang telah bekerja bersama para kader TBC selama kurang lebih tiga tahun berharap, agar pemerintah khususnya Dinkes Kabupaten Bogor segera menambah laboratorium TCM.

Sebab kurangnya fasilitas juga berpengaruh terhadap semangat para kader TBC.

“Mereka itu relawan yang terjun ke lapangan, tidak jarang harus menempuh jarak berkilo-kilometer untuk mendapatkan sampel dahak. Namun, sampel dahak itu harus dibuang karena keterbatasan laboratorium.” tandasnya. (mcr19/jpnn).

Sumber: jabar.jpnn.com

 

Bagikan Ke

    17 CARA MENJADI MODEL BAHASA YANG BAIK UNTUK ANAK

    Bogor, Aksessehat.id - Orang tua adalah model bahasa pertama dan paling penting bagi anak. Apa yang orang tua katakan kepada anak dan bagaimana cara berinteraksi dengannya akan memengaruhi perkembangan bahasanya. Para orang tua dan pengasuh harus mengerti bagaimana...

    Plus Minusnya Minum Kopi bagi Kesehatan Lambung

    Bogor, Aksessehat.id - Kopi sudah menjadi konsumsi publik sejak jaman nenek moyang manusia, hampir seluruh manusia di muka bumi ini tahu dengan bahan utama minuman hits di zaman ini. Konsumsi kopi sudah menjalar ke semua elemen masyarakat, baik tua, muda, anak-anak,...