Program Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) Masih Diragukan Keamanannya: Berikut Penjelasannya.
Bogor, 18/07/2023 Akses Sehat Indonesia
RUU Kesehatan sudah mulai berlaku dan sah menjadi Undang-Undang Kesehatan setelah melalui berbagai polemik yang panjang, sampai akhirnya dibawa ke rapat paripurna DPR pada 11 Juli 2023 yang lalu.
Namun terdapat satu persoalan yang menjadi bahan kritik dari berbagai kalangan terutama para praktisi kesehatan. Sebab, berdasarkan pasal-pasal di dalam UU Kesehatan terdapat peraturan terkait Biomedis. Pemanfaatan teknologi biomedis itu termasuk mencakup teknologi genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik terkait organisme, jaringan, sel, biomolekul, dan teknologi biomedis lain.
Program ini disebut sebagai Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi), yang merupakan UPT di bawah Kemenkes yang sudah mendapatkan SK dari MENPAN RB. Dalam bahasa Indonesia program ini juga disebut dengan Balai Besar Biomedis Dan Genomika Kesehatan, yang mana memang di dalamnya terdapat Biobank yang menyimpan data genom-genom atau DNA manusia. Adapun tujuannya yaitu untuk mendukung era pengobatan presisi (precision medicine) bagi masyarakat.
Kita ketahui bersama bahwa manusia memiliki genetik dan DNA yang berbeda-beda. Ketika berkaitan dengan kesehatan, manusia antara satu dengan lainnya bisa memerlukan pengobatan yang berbeda pula.
Fungsi BGSi selain menyimpan data, juga bisa menjadi mitra para peneliti untuk kemajuan pengobatan dan preventive medicine kedepannya.
Saat ini sudah ada 9 Rumah Sakit yang menjadi basis pengumpulan data dari program BGSi, diantaranya yaitu RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat yang khusus menangani penyakit-penyakit metabolik seperti diabetes. Kemudian, RS Dharmais Jakarta Barat untuk kanker, RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Jakarta Timur untuk stroke, RS Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara, dan RS Persahabatan untuk penyakit-penyakit menular.
Penerapan BGSi juga sudah dikembangkan bukan hanya untuk menangani penyakit saja, melainkan juga perawatan kesehatan dan kecantikan di RS Ngurah, Bali. Lalu RS Sardjito Yogyakarta untuk penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan atau genetic disorder dengan fasilitas tinggi. Khusus untuk kesehatan ibu dan anak, BGSi diterapkan di RS anak dan harapan bunda kita, Jakarta Barat. Dan untuk penyakit kardiovaskular akan dikembangkan di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta Barat.
Masyarakat yang akan mendonorkan data genomiknya akan dijelaskan secara terperinci program dari BGSi ini dan akan dimintai tanda tangan sebagai bentuk persetujuan dari data yang akan digunakan. Data tersebut akan disimpan di server yang telah disiapkan oleh Bioinformatika Indonesia dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi dan berlapis dengan menggunakan tiga platform data utama yaitu bioinformatics, biobank, dan registry. Selain itu, program BGSi ini juga sudah bekerjasama dengan BSSN dalam upayanya untuk lebih menjamin keamanan. Sehingga pihak kemenkes dengan percaya diri memastikan keamanan dan kerahasiaan data tersebut.
Dikutip dari kemenkes.go.id, BGSi merupakan program inisiatif nasional pertama yang dibuat oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin guna mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat. Caranya, dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau bisa disebut dengan Whole Genome Sequencing (WGS).
Pengembangan WGS ini, kata Menkes sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas biosurveillance dan layanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan.